Sabtu, 19 Maret 2011

KMKM~First Encounter (4th kiss)


Kill Me Kiss Me
~First Encounter~
4th  Kiss
30 desember 2009
Pukul 18.50
Sini!!”Misa melambai-lambaikan tangannya dari balik meja di restoran keluarga. Wajahnya yang sudah manis dari lahir sekarang lebih mirip bidadari daripada manusia bumi. Wajahnya merona dan penuh cahaya. Alasannya sederhana, (selain make up) karena dia sangat teramat bahagia adiknya bisa menemukan pendamping hidup. Cinta sejati.
Setidaknya begitulah dalam pikirannya.
Dua pemuda yang dipanggil Misa berjalan berdampingan, sambil berpegangan tangan (bagian inilah yang paling diperhatikan Misa). Manisnyaaa, Misa berteriak dalam hati.
Yang berambut pirang balas melambai sedang yang berambut merah membuang muka ke kiri dari tangan kanannya yang berkeringat, berusaha mengingkari fakta bahwa dia bergandengan dengan manusia dari jenisnya sendiri (baca:laki-laki).
Misa duduk di dekat jendela, Mello duduk di sampingnya dan Matt duduk di seberang mereka. Matt hanya bisa melongo saat Misa terlibat pembicaraan hangat antara kakak dan adik ipar yang membuatnya ingin muntah seketika. Sepintas lalu, mereka tampak seperti kumpulan anak muda biasa. Tapi kenyataan yang sebenarnya jauh lebih mengejutkan.
“Eeehh? Mello-kun udah 20 tahun?! Misa kaget sekali lhoo. Padahal wajah Mello-kun seperti masih belasan. Tapi Matt memang suka sama yang lebih tua sihh” nada suara Misa yang manja membuat perut Matt bergolak, mau ketawa dan mual. Suara tawa tertahannya disambut  oleh “DUKK!” tendangan sepatu hak 20cm Misa.
Bila berada di tempat umum, Misa selalu memasang wajah komersil ala artis yang manis, manja dan menggemaskan. Tapi wajah asli yang hanya dia tunjukkan pada keluarganya (baca: Matt) adalah perempuan kasar dengan 1001 umpatan khasnya yang akan membuat lembaga sensor kerja keras. Tak terhitung berapa jitakan, pukulan, tendangan dan makian penuh kasih sayang yang sudah di terima Matt dari Misa.
“Apaan sih Misa?!” Matt memelototi Misa sementara tangannya mengusap-usap kakinya yang sakit.
“Hiks..Hiks.. Matt-kun ngga boleh membentak Misa yang Hawaii ini” Misa mengeluarkan tisu dan mengusap matanya yang sama sekali tidak berair.
“Kalau maksudmu manis, seharusnya kawaii, Hawaii tempat kelahiranku” koreksi Matt.
“Ah, Cuma beda sedikit saja kok!”
“Bedanya banyak banget tahu!” Matt merasa darahnya naik ke ubun-ubun. Dia menyalakan rokoknya, mengeluarkan PSP dari sakunya dan berkutat dengan game. Mengusir kekesalannya.
Di depan orang banyak Matt terlihat seperti lelaki otaku game yang selalu kalah pada wanita. Tak ada yang menyangka di balik kaos lengan panjang bergaris-garis itu ada otot padat yang kuat. Dia Kira the jackal, pembunuh mafia yang berkeliaran sejak musim panas tahun ini. Mayat korbannya ditemukan dengan tubuh dan kepala terpisah mengambang di danau Michigan, si dalam tempat sampah atau di temukan di jalanan, diseret anjing kelaparan.
“Kalian berdua akrab sekali ya…” Mello tersenyum. Dibandingkan dua orang lainnya, kenyataan mengenai Mello jauh lebih hitam dan kabur. Seperti senyum dibibirnya yang Matt tahu palsu.  Bicara soal bibir, Matt jadi teringat kejadian 5 hari yang lalu saat Mello datang ke tempatnya.
*flashback*
“Kira… Kill me
Nafas Mello membawa harum coklat yang manis. Matt menyiripkan matanya, mengolah kata-kata yang yang diucapkan Mello, keraguan memenuhinya hingga matanya terpejam. “O.K” dia mendekatkan bibirnya ke bibir di hadapannya.
“BUGGG!!” sebelum apa yang ada dalam otaknya terencana, sebuah tendangan di bagian paling privasi dari seorang pria di layangkan oleh Mello.
“I said Kill me not Kiss Me!” Mello lalu memaki Matt dengan makian yang akan membuat musuh manapun menangis saking sakit hatinya. Kecuali Matt tentu saja.
Matt meringkuk, menahan rasa sakit yang teramat sangat. Justru aku yang rasanya mau mati sialan! Sakiiit!demi gengsi Matt hanya bisa meringis dalam hati. “Bunuh diri saja sana! Apa perlu aku pinjamkan tali untuk gantung diri?!”
Mello bangkit dari tempat tidur. “Seandainya bisa, aku pasti sudah melakukannya dari dulu”
Matt berusaha mengabaikan rasa sakitnya dan duduk. “Maksudmu?”
Mello mengambil mantel hangatnya dari gantungan baju. Dia berbalik, menatap Matt. “Kau tidak perlu tahu. Yang pasti aku ingin menukar kado natal denganmu. Dariku informasi pembunuh orang tuamu dan darimu kematian untukku” Mello mengambil sepatunya dan berjalan keluar. “Pikirkan baik-baik. Kuberi waktu satu minggu untuk berfikir, selama itu jangan bertindak bodoh” Mello menunjukkan pematik api hitam,  matanya mengancam “aku harap dapat mendengar jawabannya sebelum tahun ini berakhir”
“Hei!”
“Oh,ya…” Mello terdiam di depan pintu lalu kembali berbalik untuk terakhir kalinya “Data-data tentang Misa-Misa, aku tidak bisa menghapusnya karena dia pasti marah kalau kulakukan. Jadi lebih baik kau minta Misa sendiri menghapusnya”
Tanda tanya muncul di kepala Matt.
“Beritahu Misa untuk menghapus data profilnya di Facebook”
*Back to present*
Dan 5 hari berlalu. Bukannya menghapus datanya, Misa justru jadi teman sejati Mello. Bahkan Matt pernah melihat pesan antar Misa-Mello (tentu saja dengan menghacknya) berisi hal-hal yang membuat Matt tidak bisa makan 2 hari 3malam. Tak lama, gangguan situs facebook di seluruh dunia menjadi headline di surat kabar. -.-;
Dan ini adalah ke 4 kalinya mereka keluar makan bersama. Dan dari hari ke hari Misa makin mengidolakan Mello dan berharap dapat menyaksikan pernikahan Matt dan Mello atau setidaknya menyaksikan mereka di gay parade.
Memikirkannya saja perutku sakit, bulu kuduk matt berdiri. Jari matt yang memegang tombol PSP sampai meleset dan membuat Riku di layar PSPnya K.O oleh heartless. Matt merutuk dan mengalihkan pandangan dari PSP ke pria di hadapannya. Matt memandangi wajah palsu Mello yang dipenuhi senyum. Dalam pikirannya berkecamuk banyak hal.
Kenapa dia butuh aku hanya untuk mati? Dia bisa meminta orang lain untuk melakukannya, bahkan tak perlu repot mencari data yang bahkan aku tak bisa temukan. Apa dia menjebakku? Bisa saja dia memberi data palsu berisi orang-orang yang dia ingin bunuh, bukan pembunuh dad. Lagipula bekerjasama dengan mafia bertentangan dengan prinsipku.
Tapi yang paling membuatku penasaran, apa alasannya ingin mati? Apa dia mengidap penyakit? Tidak, aku sudah mengecek semua tentang dirinya 5hari ini.
Di usia 15 tahun dia menjadi bos jalanan dan mengembangkannya ke seluruh amerika. Usia 19 memegang jabatan sebagai Consigliere*, tangan kanan godfather*. Non italy termuda yang pengangkatannya mengundang kontroversi dan diakhiri kematian penentangnya. Tidak hanya Chicago, dia memiliki jaringan di seluruh dunia. Setahun yang lalu sindikat mafia terbesar di Moscow hancur hanya karena mengatakan sesuatu yang buruk tentangnya. Aku jadi ingin tahu apa yang dia katakan. Tapi lebih baik tidak tahu.
Mello… jenius penyusun strategi. Kekuatan taktik yang melanggar hukum dan liar bercampur emosionalitas yang dipadu dengan kebencian akan kekalahan untuk menutupi infreriority complexnya. Itulah Mello dari data yang kudapatkan.
Tapi… dia yang kulihat sekarang sangat tenang. Yang duduk di samping Misa adalah laki-laki yang jauh dari emosionalitas. Apa mungkin dataku salah?
“Ahhh, indahnya…Matt-kun dan Mello-kun, kalian… fufufufu…”Misa yang mimisan (lagi) mengembalikan Matt ke alam nyata.
“Hei hentai neechan!! Kau mikirin apa sampai mimisan lagi?!” Maki Matt, balik menyadarkan Misa akan cairan merah yang mengalir keluar dari hidungnya.
“Apa maksudnya dengan kakak perempuan mesum?!” Misa menunduk, mencari tisu dalam tas tangan di pangkuannya. Tapi sebelum dia menemukannya, kain yang lembut telah terlebih dulu menyeka hidungnya. Misa menengadah, melihat Matt yang berdiri di sebrang meja mencondongkan tubuhnya ke depan, menggunakan syal yang tadinya melilit leher Matt untuk membersihkan darah dari wajah Misa.
Padahal kau paham makianku, tapi kenapa bahasa Jepangmu masih jelek!?protes Matt sementara tangannya bergerak perlahan, seolah menyentuh kaca rapuh bernilai jutaaan dolar. Nada suaranya rendah, lembut, penuh kekhawatiran. “Belakangan ini kau terlalu sering mimisan, pakailah pakaian yang lebih tebal dan tertutup. Jangan terlalu santai karena suhunya hanya 2 derajat Celcius”
Misa tak memarahi Matt maupun menendangnya. Dia hanya diam menerima perhatian dari sang adik. Matanya mengamati Matt, mengamati tiap garis wajah Matt dan membandingkannya dengan Matt kecil dalam ingatannya.  Sialan! Sejak kapan kau mengurusi orang lain? Mana adik bodohku yang egois dan tak akan peduli kecuali pada game? Tak hanya tinggimu saja yang bertambah ya, Matt. Adik mungilku sudah jadi setampan ini. Kenapa kau jadi dewasa secepat ini? Apa sekarang kau tak butuh aku lagi? Mungkin... Apa justru kau yang akan meninggalkan aku duluan sebelum aku-…   sinar mata yang sedih seolah takut bahwa akan berpisah membentuk serpihan kaca cair di mata besar Misa. Seharusnya aku bahagia, tapi aku… “Aku sedikit sedih…”ucap Misa berbisik untuk dirinya sendiri.
“Eh, kau bilang apa Misa?” Matt memandang Misa alih-alih hidungnya yang masih mengalirkan darah. “Hei… kenapa kau memandangku seperti itu, Misa… jangan-jangan kau…” Matt terperanjat akan pikiran yang muncul di benaknya, tangannya berhenti bergerak. Tepat saat itu Misa menepiskan tangannya.
“Syalmu jadi kotor. Aku bisa pakai tisu” Misa menyingkirkan keimutan dari suaranya. Dia mengambil syal Matt. “Aku akan membersihkannya di toilet” dia beranjak pergi, bersama senyum yang memudar di bibir Mello.
Tapi sebelum Misa jauh, Matt mengeluarkan apa yang muncul di benaknya dalam kata-kata. “Misa jangan-jangan kau merasa takut aku akan meninggalkanmu karena makhluk ini?” Tanpa segan, Matt menunjuk ke hidung Mello dengan sendok. Misa berhenti berjalan. Memamerkan punggung mungilnya yang diam pada Matt.
Hei, kau benar-benar lupa perjanjian kalau aku memegang info rahasiamu? Mello mengirimkan pesan mental pada Matt dengan pandangannya yang dibalas dengan mata Aku belum menyetujui apapun. Mengerti? Oleh Matt.
“Tidak… Misa tidak memikirkan itu kok Matt-kun” nada imut kembali pada suara manis Misa, melapisi kebohongan dalam perkataannya. Dia berbalik dengan hidung tersumbat tisu dan mendekatkan wajahnya pada Matt. Lalu dengan suara berbisik mengatakan “Misa hanya berfikir Matt-kun akan melakukan XXX laluxXxx, XXX dan XXX dengan Mello-kun lalu XXX juga XXX sehingga Mello-kun akan xxx dan XXX. Begitulah” Misa menyeringai puas melihat Matt yang mulutnya berbusa dan matanya berputar-putar seperti spiral, shock. “Nah. Mello-kun, Misa ke toilet sebentar yaa~.Mello-kun jagain Matt-kun yaaa” Misa berjalan riang dengan wajah tanpa dosa setelah mengucapkan kata-kata untuk 18+.
Matt bangkit dengan susah payah dari lembah hitam pikiran kotor.“Bagaimana seorang perawan bisa tahu hal-hal macam itu?”Ucap Matt tak habis pikir yang disambung oleh Mello “Dan bagaimana bisa kau memahami kata-katanya yang mengandung hal-hal itu?”
Matt malas berdebat, lebih tepatnya sampai mati takkan memberi jawaban atas pertanyaan Mello. Dia kembali mengeluarkan PSPnya dan berkutat dengan gamenya. “Misa hanya menunjukkan wajah aslinya di depanku”ucap Matt mengalihkan pembicaraan. Matt tak bermaksud membangga, karena wajah asli Misa yang seperti setan neraka kejam bermulut kotor itu benar-benar tak menyenangkan. Tapi dengan itu dia merasa special. “Yah, mungkin karena aku adiknya”.
Mello tertawa lewat hidungnya. “Adik? Kau bahkan tak punya hubungan darah dengannya.” Mello menghentikan kata-katanya karena pelayan datang dan meletakkan pesanan mereka di atas meja. “Lagipula bagaimana kau yakin itu wajah asli Misa? Bisa jadi itu adalah wajah palsu yang hanya dia tunjukkan untukmu” lanjut Mello begitu sang pelayan pergi.
Untuk keduakalinya, Matt teralihkan dari PSP ditangan. “Apa maksudmu?”
Mello menambahkan potongan coklat batangannya dalam susu hangat. “Jangan minta aku menjelaskannya satu persatu. Hanya karena kau tidak suka bersosialisasi bukan berarti kau buta rasa kan?” Matt menggigit sisa coklat sambil mengaduk susunya. “Misa menyembunyikan banyak hal darimu”.
Matt menggebrak meja, memancing pandangan orang-orang di dalam restoran. “Berhentilah mempermainkanku! Aku tahu banyak hal yang Misa sembunyikan dariku”
Mello mengunyah bongkahan terakhir coklat dan meminum susunya tanpa terganggu belasan pasang mata yang tertuju padanya. “Termasuk…” Mello meletakkan cangkir susunya “Fakta bahwa dia melihat wajah mereka dan menyembunyikannya dari dunia?”
Tindakan Matt yang berikutnya sama sekali tak di duga oleh Mello. Matt menarik lengannya dan menyeretnya ke dalam toilet laki-laki. Tanpa memperdulikan 2 orang yang ada di sana, Matt mendorong tubuh Mello ke dinding porselen. Mello jatuh terduduk di lantai yang dingin.
“Aku tahu itu! Puas?” Matt memendarkan pandangannya pada 2 orang di toilet dengan mata mengancam. Orang-orang itu langsung lari terbirit-birit diikuti Matt yang mengunci pintu toilet, menyisakan dirinya dan Mello. “Aku tahu Misa merupakan kunciku membalas dendam. Tapi aku tak bisa dan tak mau mengorek hal yang bahkan tak ingin dia ingat. Dan kurasa kau tak tahu kalau Misa punya ingatan fotografik”
“Kemampuan untuk mengingat suatu hal hanya dengan sekali lihat?”
“Ya, tiap detailnya. Itu sebabnya pada malam natal dia tahu aku keluar, hanya sekali melihat genangan air di bawah jendela dalam kamar yang berantakan, dan ingatan itu tak pernah hilang. Hanya selintas pandang dan dia bisa menebak dengan tepat jumlah cd yang terserak, berapa putung rokok yang kuhabiskan, angka-angka yang tertera dalam buku dan jumlah butir nasi yang tahun lalu dimakannya” Matt mengabaikan Mello yang masih di lantai dan memandangi refleksinya di cermin besar. “Ingatan itu tetap tersimpan meski dia ingin membuangnya”
Mello berpegangan pada tepian wastafel untuk bangkit. “Kau berlagak jadi pelindung, huh?”
Ya, aku tak mungkin membiarkannya menggigil ketakutan lagi dengan mengingatnya. Aku tak ingin melihat putus asa, ketakutan dan sedih dari wajahnya. Sekarang adalah giliranku untuk melindunginya. Meski itu hanya mengunci rapat-rapat kenangan mengerikan yang tak dapat kubuang. “Misa bukan tak mau mengatakannya, dia tidak bisa” Matt merasakan darahnya kembali mengalir deras. “Seperti aku yang kehilangan kontrol dan membunuh mafia dengan mengingatnya, Misa akan menangis tanpa henti. Memanggil Mom dan Dad yang tak akan pernah kembali. Mengingat-”
“Sudah cukup…” potong Mello, sementara air dingin mengalir dari keran, membasuh tangannya yang memucat. “Sudah cukup… aku tak akan mengatakan apa-apa lagi. Kendalikan dirimu,Kira…”
Matt memandangi bayangannya di cermin, matanya merah, mata Kira. Mata yang merefleksikan dendam , kebencian dan keinginan membunuh.Namun mata merah itu kemudian menghilang dalam kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti bersama rasa dingin yang basah diwajahnya. Tangan Mello menutup matanya. Air mengalir dari tangan Mello ke wajah Matt.
“Ini adalah informasiku yang terakhir sampai kau menerima tawaranku” Matt mendengar suara Mello yang berbisik di belakangnya. Punggung Matt perlahan hangat oleh tubuh lain yang merapat padanya. Mereka tak bergerak, tak bersuara, tetap sepeti itu selama entah berapa menit. Hingga suara berikutnya terdengar, pernyataan Mello yang mendinginkan sekujur tubuh Matt. “Misa punya saudara laki-laki yang sedarah dengannya. Dan menurutmu, apakah mungkin dia melupakannya?” Mello melepaskan tangannya dari wajah Matt. “Besok beri aku jawaban ya untuk tawaranku dan aku akan memberitahukan semuanya”
Mello berjalan menuju pintu keluar, melewati kerumunan yang berkumpul di depan pintu, meninggalkan Matt yang kembali melihat refleksi dirinya dengan mata hitam elang. Suara air yang mengalir dari wastafel menjadi latar saat kebingungan kembali melandanya.
Matt menutup wajahnya yang memanas dan berteriak dalam suara tertahan “Apa lagi yang kau sembunyikan dariku, mafia sialan?!”
*
Sementara Matt berusaha menenangkan dirinya, Mello telah kembali duduk berdampingan dengan Misa. Orang-orangpun tidak begitu peduli pada Mello yang baru saja mengunci diri bersama Matt di toilet lebih dari 10 menit.
Topeng senyum telah ia kenakan, tapi langsung terlepas dengan satu pertanyaan Misa. Dengan begitu ringan setelah menghabiskan sandwich crab housenya, Misa bertanya “Mello-kun mafia ya?”
Mello nyaris tersedak susu yang diminumnya.
Seolah mengerti dengan tatapan bagaimana dia bisa tahu Mello, Misa menambahkan“Misa pernah lihat Mello-kun datang ke Ouran, musim semi kemarin” Misa mengambil tanpa izin beberapa kentang goreng dari piring Matt. “Apa itu yang menyebabkan Matt-kun dan Mello-kun bertengkar di toilet?”
Waktu itu aku tidak sampai 2 menit disana, dan tak pernah kembali lagi. Bagaimana dia bisa… ah ya, ingatan fotografik. Mello kembali memasang senyum. “Kenapa kau sampai berfikir seperti itu,Misa?”Mello balik bertanya sementara Misa menarik piring Matt kehadapannya.
“Matt benci pada mafia. aku berharap dia bisa bebas” lagi-lagi kemanjaan lepas dari suaranya. “Karena jika hatinya dipenuhi kebencian, maka tak akan ada tempat untuk cinta”Misa memandangi wajah Mello. Mata naifnya bertemu dengan mata Mello.
Mello ingin mengalihkan pandangan dari mata Misa yang penuh harapan, bercahaya seperti sinar matahari yang membakar wajahnya, tapi dia tidak bisa.
“Matt memilihmu. Sebentar lagi kau akan jadi satu-satunya cinta di hati Matt, tak ada yang lain. Hanya kaulah yang bisa menyembuhkan kebenciannya” Misa mengulurkan tangannya, berniat menyibakkan rambut yang jatuh ke depan mata Mello.
Matt menangkap pergelangan tangan Misa sebelum jari-jari Misa menginvansi rambut pirangnya. “Misa, dia juga mencintaimu, kau satu-satunya milik si freak techno itu. Kau selalu ada untuknya”
Misa tersenyum pedih dan bibirnya memdesiskan kata “Seandainya benar begitu…” Misa menarik tangannya dari genggaman Mello. “Aku melihat Matt tumbuh lebih dari 15 tahun. Tak ada satu detailpun yang aku lewatkan kecuali kelahirannya. Kali pertamanya memanggil namaku, ketika dia merengek meminta gameboy, ketika pertama naik sepeda…. Dia selalu bergantung padaku seperti bayi koala. Tapi hari ini, dia terlihat beda. Ketika dia memperhatikanku, dia terlihat asing, bukan lagi Matt kecilku. Dia telah dewasa. Seperti burung yang siap terbang meninggalkan sarangnya”Misa menghela nafas panjang. “Aku jadi sedikit paham perasaan ibu yang melepaskan anaknya untuk menikah”
Mello diam, mendengarkan tiap kata Misa. Senyum yang keluar dari wajah Misa ketika menceritakan kenangannya membuat Mello mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rasa cinta saudara, orang tua, Mello tidak mengenal itu semua. Ingin rasanya dia meneriakkan kebenaran di depan wajah Misa dan membuat gadis dihadapannya terdiam dan membisu selamanya. Tapi perlahan kepalan tangan itu merenggang saat Mello teringat akan tujuannya. Ya, aku tak boleh lupa untuk apa aku disini.
Misa mendorong piring Matt yang telah kosong kembali ke tempatnya semula. “Mello, Aku boleh lihat pematik yang diberikan Matt sebentar?”
Tanpa banyak tanya Mello mengeluarkan pematik api dari dalam vestnya. “Ini…”
Misa menyentuh pematik api lalu menggenggamnya erat benda berharga yang pernah jadi miliknya. “Kau perokok Mello?” pertanyaan Misa disambut gelengan Mello. “Baguslah, Dad&Mom juga benci sekali rokok. Meracuni diri, kata Dad” Misa membuka tutup pematik. “Kau tahu Mello, ini adalah satu-satunya benda peninggalan Mom. Umurnya bahkan lebih tua dariku”Misa menutupnya dan menimbulkan bunyi ‘klik’ pelan. Dia kembali menyerahkannya ke tangan Mello. “Pematik ini bernilai lebih dari cincin kawin atau janji-janji cinta. Bagi kami, benda ini adalah ikatan yang tersisa”.
Mello menggenggam pematik di tangannya. Ikatan yang tersisa?… betapa naifnya.dan perempuan senaif ini bisa hidup di dunia malam.
“M&M… hebat sekali kan? Seperti sudah ditakdirkan” suara riang Misa mengembalikan topeng bahagia ke wajah Mello.
“Iya, takdir yang sudah direncanakan..” takdir? Apa kau bercanda? Ini hanya kebetulan.
“Seperti nama permen yaa. Tapi bisa di artikan Misa & Matt, Misa yang sangat mencintai Matt sebagai adik terbaik! Tapi sampai mati Misa ngga akan bilang begitu sama Matt,ukh, Misa jadi malu ” Misa mengangkat jari telunjuknya bersamaan dengan kemanjaan dalam suaranya. “Sekarang Matt&Mello, maknanya sedikit bergeser jadi cinta kekasih yang penuh gairah. Matt yang menginginkan Mello-kun.Kyaa~ misa jadi maluuu.” Misa menambahkan jari tengahnya, membentuk pose peace. Tepat ketika Misa hendak menurunkan jari-jarinya, Mello kembali menangkap lengannya. “Mello-kun?”
Misa, kalau kau terlalu naif suatu saat kau akan dimakan oleh kegelapan. Ah, ya, bagaimana kalau aku saja yang… Mello menyeringai, kali ini tanpa topeng, menunjukkan wajah lelaki yang biasa ditemui Misa di klubnya.
“Misa, kau melupakan satu… Mello&Misa. Dan maknanya…”
Continued…
Penjelasan wajib baca:
*Consigliere = jabatan dalam organisasi mafia, diduduki satu orang. penasehat organisasi, tangan kanan godfather.
*Godfather = judul film jadul XD. Julukan untuk bos mafia. nama lainnya Don
*kenapa Matt bilang suhu 2 derajat celcius,dengan kata hanya? Karena di Chicago, memasuki bulan januari suhu ada dibawah titik beku dari -1 sampai -8 derajat celcius. So 2 derajat itu masih ‘hangat’. Ngebayanginnya aja mew udah beku.
A/n: Hohoho, akhirnya link antar kiss kelihatan juga. Ada yang sadar Misa punya ingatan fotografik dengan baca 2nd&3rd Kiss? Pose sexi 4th Kiss adalah Matt&Mello di toilet. Mew merinding pas nulisnya. What the?! Apalagi karena dimasukin ke blog, mew ngga edit sama sekali bagian vulgarnya. Muhahaha!!

O.k 5th Kiss mew bakal balik ke alur yang dark. *Mojok di sudut ruangan,ngeluarin aura hitam sambil gambar lingkaran di lantai*.
Selamat untuk bisa menemukan manga apa yang dibajak Mello di 3rd Kiss, Ouran Host Club. Dan untuk Di 4th Kiss ada game dari square enix yang dibajak, you know what?

BONUS! ini omake yang unedited. bagian Aizawa sebagai underboss dihilangkan di ff versi karena kebanyakan spoiler. but, ini blog mew, jadi suka-suka mew dong!
Omake
 Bodyguard Diary
Hi! Aku Aizawa. Seperti yang kalian tahu, aku adalah pria afro terganteng di organisasi. Aku sudah masuk organisasi sejak ****. Kenapa tahunnya di sensor? Karena aku tidak mau terlihat tua di mata kalian. Aku disegani di organisasi bukan hanya afroku, sama sekali bukan, juga bukan karena ada Mello sebagai atasanku. Aku sudah disegani jauuuuuh sebelum Mello masuk ke organisasi. Tapi entah kenapa dibanding saat aku menjadi underboss, kondisiku sekarang....
Ehem…
5 tahun ini aku mendapat tugas KHUSUS menjadi bodyguard Mello, salah satu high ranked organisasi yang kini menangani Chicago. Tapi meski dibilang bodyguard, tugasku lebih seperti baby sitter&pengawas.
Ada 3 hal yang aku tahu pasti tentang Mello.
Satu, Mello tak pernah tidur (lebih tepatnya tak ada seorangpun yang pernah melihatnya tidur). Rekorku adalah 3 hari 4 malam tidak tidur, ikut menemani &mengawasi makhluk insomnia itu. Kenapa harus menemaninya saat terjaga? Itu rahasia yang tidak bisa kuberitahu pada kalian.
Dua, dia emosional dan tak mengenal kata kalah. Yah, coba saja kalahkan dia saat main poker. Dia penjudi tangguh, tapi sekali saja dengan keberuntungan kau mengalahkannya, kau akan menerima pembalasan 1000 kali lipat. Dan kujamin itu akan jadi trauma seumur hidup.
Tiga, kecintaannya pada coklat mengalahkan wanita,harta dan tahta. Setahuku tak pernah dia menyentuh wanita, apalagi laki-laki, manusia maupun hewan seperti dia menyentuh coklat.
Jika dia kehabisan coklat, emosinya akan meledak-ledak. Dan setelah itu aku akan jadi tukang yang memperbaiki semua pintu, jendela, kursi dan meja yang dirusakkannya. Dengan itu aku belajar untuk selalu mengisi stok coklat & ditawari bekerja di toko mebel.
Suatu ketika dia ingin makan Milk Chocolate Estate Coffee & Toffee dari Maui Wowi. Tapi karena aku tak punya jenis itu, dia menjadikan semua lampu sasaran tembakannya. Aku berharap dia bukan penembak jitu, sehingga aku tidak perlu selalu mengganti bola lampu di setiap sudut markas. Dan dari situ aku belajar untuk memiliki minimal 200 jenis coklat dalam stok & tahu rambut afroku bermanfaat meredam sengatan listrik.
Di awal tahun ke 5 saat kupikir sudah mengerti Mello dan bisa mengatasi semua, Mello menemukan ratusan coklat kadaluarsa yang kujadikan stok. Dan setelah itu …
*Mengingat*
*pucat*
*merinding*
*mata kosong*
*digampar!*
*balik kedunia nyata*
Ti-tidak!! A,Aku… maaf, bisa kah kita lupakan soal itu… mengingat kejadian itu terlalu… *menggigil ketakutan* aku tak bisa cerita. Terlalu traumatis untukku.
Yah, setelah mendekam 6 bulan di rumah sakit, aku akhirnya menemukan cara paling mudah untuk lepas dari amarah Mello. Menyerahkannya pada anak baru. Nah, kau lihat laki-laki berkemeja yang sekarang sedang berlarian menyelamatkan hidupnya dan teriak-teriak sambil berurai air mata?
“UWAAAA!!! Ampuuunn, Mello-san jangan tembaki akuuuuu”
Kau tahu, punya junior yang ‘sedikit’ idiot itu cukup menguntungkan. “Ayo Matsuda! Lari teruuusss!”
-fin?-

Ow, lupa lagi..
Disclaimer: semua chara kecuali game&facebook ngembat dari Death Note by obata takeshi dan ooba tsugumi (yang saat ini bikin proyek bersama lagi)
Next, 5th kiss
“Mello, apa kau pernah mencintai seseorang lebih dari nyawamu?”
Darah membanjiri tubuhnya.
“Bertahanlah! Kumohon… aku membutuhkanmu… aku…”
Seringai kemenangan tersungging.
“Dia, saudara sedarah Misa. Namanya…”
Lebih baik memiliki kebencian daripada tidak memiliki apapun.
“Onegai… Oniisan”
5th Kiss… The truth reveal itself…



click Link di bawah untuk baca chapter selanjutnya ya~ 
Read Kill Me Kiss Me - First Encounter : 5th Kiss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar kamu di sini