Selasa, 15 Maret 2011

KMKM~First Encounter (3rd kiss)



Kill Me Kiss Me
~First Encounter~
3rd  Kiss
25 Desember, pukul 10.37
Ini…” Matt melihat pematik di tangan pemuda berambut pirang di hadapannya.
“Siapa yang datang Matt?” Misa menyingkirkan Matt yang terpaku di depan pintu dan mendapati cowok tampan dengan sense of fashion yang sama dengannya. Celana kulit hitam ketat, dan jaket berwarna sama dengan bulu-bulu di bagian lehernya. Tapi bukan pakaian yang menyita perhatian Misa, melainkan pematik di tangannya.
Misa mendongak, menatap wajah pemuda itu dalam-dalam. Dia tersentak, seolah baru bangun dari mimpi lalu melompat dan melingkarkan lengannya ke leher sang pemuda, memeluknya erat. Seolah orang yang dihadapannya adalah keluarga yang sudah belasan tahun tak di temui.
Wajah terperangah, terkejut dan sejenisnya tak hanya muncul di wajah orang yang dipeluk secara mendadak oleh Misa, tapi juga Matt. “Misa! Apa yang kau lakukan?!”
Misa melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah Matt dan sang pemuda berpakaian gothic bergantian. “Ternyata kau punya pacar cowok gisei ya Matt” ucap Misa penuh haru.
Urat-urat bermunculan di dahi Matt. “Pertama, Cantik itu kirei, gisei itu korban”
Misa mengerak-gerakkan tangannya seperti bibi-bibi sedang ngerumpi. “Ah, Cuma salah sedikit kok”
“Salahnya banyak tahu!”Bentak Matt Kedua, dia bukan korbanku apalagi pacarku” Matt menunjuk tepat ke hidung orang yang berdiri mematung menyaksikan pertengkaran antar saudara.
 “Bletak!” jitakan Misa mendarat ke kepala Matt. “Jangan dengarkan si brengsek ini. Matt hanya malu mengakui saja. Tenang… aku orang yang terbuka, aku setuju dengan pernikahan gay lho!” Misa menggenggam erat tangan sang pemuda yang kini tersenyum.
Kenapa dia tersenyum? Kalau tak salah namanya Mello kan? Inisial M… Sial! Aku harus meluruskan semua ini. Misa tak boleh berhubungan dengannya,sementara Matt membatin, Misa sudah membawa Mello masuk ke dalam kamar dan duduk melantai berdua.
“Oh, jadi namamu Mello ya? Aku Misa, kakak perempuan Matt.jadi… Kapan kalian pertama kali kenalan?” Misa menuangkan susu ke dalam gelas Mello.
“Ah, sebenarnya baru tadi malam a-”
“STOP!” Matt tak habis fikir dengan kemampuan akrab dalam 5 detik yang dimiliki Misa. Dan lebih tak masuk akal ada anggota mafia minum susu dengan santai di kamar Kira yang malam sebelumnya membunuh salah satu kawanannya di depan mata.
“Misa, semalam aku seharian di kamar. dan kurasa aku menjatuhkan pematik itu di suatu tempat”
“Jangan bohong” Misa mencibir, merendahkan Matt dengan tatapannya. “Bahkan techno jenius sepertimu pun bisa lalai. Aku sudah tahu dari awal kalau kau keluar tadi malam”
“Bagaimana…”
“Genangan air di bawah jendela” jawab Misa singkat, tak membiarkan kata-kata Matt selesai. Dia menuangkan susu ke gelasnya sendiri. Yeah, susu coklat hangat memang yang paling oke di pagi (siang?) hari.
“?”
“Jendela tertutup saat salju turun. Bagaimana bisa ada genangan air di dalam rumah?” Mello melanjutkan jawaban Misa. “Karena kau yang masuk dari sana, salju ditubuhmu otomatis berjatuhan, dan itu menimbulkan genangan air. Selain itu, sebaiknya kau keringkan sepatu bot dan mantelmu, tak baik kalau berbohong hanya setengah hati seperti itu”
Mata Misa berbinar-binar. “Waahhh, bagus sekali analisismu adik ipar!” Misa bangkit dan mengambil mantel hangatnya beserta gaun gothicnya di gantungan baju. Membiarkan Matt yang ternganga adik ipar?Misa… kau…  “Baiklah, aku akan tinggalkan kalian berdua, Matt&Mello”
“Misa, tunggu!” Matt memegangi ujung baju Misa. Semua ini salah paham! Dia itu mafia berbahaya Misa. Sebaiknya kau tak dekat-dekat dengannya, Matt ingin mengatakan itu, tapi sinar kebahagiaan di mata Misa membuat kata-kata itu tertelan seketika. “Anu..”
Kedua tangan Misa menepuk pundak Matt hangat. “Tenang… Aku tak masalah kalau kau gay Matt. Sebagai kakak aku akan mendukungmu! Karena itu silahkan habiskan waktu kalian berdua sebagai ganti malam natal yang ku ganggu” Mata Misa berkaca-kaca. Lalu darah mengalir dari hidungnya,mimisan. “KYAaaA~, kalian melakukan hal-hal mesum berdua ya? Dasar brengsek! Kau jadi dewasa lebih dulu dari aku” Misa berlari keluar kamar meninggalkan air mata bahagianya (+ darah mimisan) dan Matt yang banjir keringat dingin. Pintu tertutup.
“Mi-misa.. kau salah paham…” ucap Matt terlambat. Di belakangnya terdengar tawa tertahan. Matt menoleh pada Mello.
Mello meminum sisa susu di gelasnya. “Susu coklat yang enak, kau beli dimana?”
“Berhentilah berpura-pura… sebenarnya apa maumu?”
Mengabaikan pertanyaan Matt, Mello melihat berkeliling dalam ruangan“Misa selalu memaksakan pikirannya pada orang lain ya? Bahkan dalam penataan ruangan. Dia perempuan yang menarik”
“Kau tidak tahu apapun tentang Misa” Matt berdiri di depan Mello yang kini mendongak ke atas, menatapnya dengan mata yang sama seperti pertemuan pertama mereka. Hanya saja kali ini posisi mereka terbalik.
“Aku tahu semuanya” Mello mengeluarkan coklat dari saku dan menguliti bungkusnya. “Misa, bekerja di klub hostest Ouran dengan nama Misa-Misa. Nama yang terdaftar di SIM, Misa Amane. Hobi bergaya gothic, tidak suka makanan manis. Pria impiannya adalah cowok lebih muda yang tampan&cerdas, pria keturunan Jepang bermata dan berambut coklat. Hal yang disukai, malaikat maut putih dan prada. Gadis ceria kelahiran California, 25 Desember” Matt menggigit coklatnya. “Ah, aku lupa mengucapkan selamat ulang tahun padanya”
“Apalagi yang kau tahu?” Matt berlalu menuju dapur. Meninggalkan Mello yang mulai menelanjangi Matt dengan fakta yang mengalir dari bibirnya.
“Nama keluarga kalian yang sebenarnya McPherson. 7 tahun yang lalu FBI membuatkan program perlindungan saksi untuk kalian. Tapi 3 tahun yang lalu, kau lulus dari SMA di usia 12 tahun bersamaan dengan Misa dan keluar dari program perlindungan. Atau lebih tepatnya lenyap dalam kebakaran. Kau sempat kuliah di M.I.T*, dengan identitas palsu tentu saja. tapi dikeluarkan pada tahun ke dua karena menghajar dosenmu. Bukan salahmu, itu karena dia menggoda Misa. Oh ya… begitu lulus SMA kalian berdua lenyap dari data kepolisian&FBI berkat virus yang melanda computer pusat bersamaan dengan kebakaran yang membakar kediaman dua orang yatim piatu McPherson. Dan keturunan terakhir McPherson dinyatakan mati” Mello melihat punggung Matt yang gemetar. “Dan si penyebar virus, Matthew McPherson, apa alasan dia melakukannya? Alasannya berhubungan dengan kejadian pembantaian keluarga McPherson dan-”
“HENTIKAN!” Matt berteriak, menghentikan pengungkapan fakta Mello. Dalam waktu yang singkat dia sudah berada di depan Mello dengan pisau dapur ditangannya. Pisau yang kini menempel di leher Mello. “Darimana kau tahu semua itu? Aku sudah menghapus keberadaan Mathew dan Misa McPherson dari dunia”.
Tak ada ketakutan di mata Mello, meski punggung pisau yang dingin kini menggesek pelan lehernya. “Jangan meremehkan jaringan informasi bawah tanah, Kira” Mello menyentuh mata pisau dan menjauhkannya dari leher. “Aku tidak keberatan kau membunuhku, tapi tidak sekarang. Handphoneku dilengkapi GPS. Jika dalam waktu 24 jam aku tidak kembali, anak buahku akan kemari. Kau tahu apa akibatnya kan?”
Matt jatuh terduduk di depan Mello, pisau terlepas dari tangannya. “Sial! Padahal rencana tadi malam sudah sempurna. Kenapa kau tidak pergi bersama yang lain ke Vegas?!” Matt memegangi kepalanya.
“Justru karena terlalu sempurna aku mencium keganjilan. Dan… Aku tak ke Vegas karena malas bertemu dengan bajingan tua itu.” Matt mengunyah coklatnya.
“Apa tujuanmu kemari?” Tanya Matt putus asa.. Balas dendamnya baru saja dimulai, dia baru saja memperoleh benang merah siapa pembunuh orangtuanya, keluar dari genggaman polisi korup dan sekarang terjerat di jaring laba-laba. tapi… Sekali dunia tahu bahwa dia Kira, tak hanya polisi, mafiapun akan mengejarnya sampai dia mati. Dan Misa… Wajah Matt memucat.
Mello mengeluarkan coklat yang baru dan menyodorkannya pada Matt. “Jangan ketakutan seperti itu bocah brengsek. Apa itu wajah orang yang barusan mengancamku? Aku sudah menghapus semua data tentangmu dan Misa dari bawah tanah. Selain aku, takkan ada yang tahu tentang identitas kalian dan identitasmu sebagai Kira. Kujamin rahasia itu aman”.
Matt memandang Mello tak percaya. Dia tak bergerak Apa maunya? Bukannya dia datang karena ingin memerasku? Kalau dia tak punya data-data itu bagaimana dia bisa… Sial! Aku tidak mengerti!
“Aku akan menjelaskannya” Mello seperti paham arti mata bingung Matt. “Tapi sebelumnya makan dulu coklat ini”
Matt mengambil coklat dari tangan Mello perlahan. Mello menghirup nafas panjang lalu berjalan menuju ranjang untuk duduk di atasnya. “Kurasa kau sudah tahu, Souichiro McPherson –ayahmu- menikahi Sachiko setahun setelah ibu kandungmu meninggal. Tapi apa kau tahu, mereka telah berhubungan sekitar 2 tahun sebelumnya?”
Dad tidak pernah berselingkuh! Aku sudah menyelidiki semuanya” Matt melemparkan coklat ditangannya dan berdiri. Kemarahan kembali menyelimuti dirinya. Apa yang kupikirkan? Dia itu anggota mafia. Sama dengan pembunuh keluargaku. Tak seharusnya aku merendahkan diri di hadapannya.
“Semua, ya… Apa itu termasuk pembunuhan keluargamu? Boleh aku mendengar apa yang kau tahu?” tatapan mata Mello menantang Matt.
“17 tahun yang lalu, dad memulai penyelidikan tentang sebuah sindikat dan bertemu Mom, Sachiko. Waktu itu Sachiko kabur dari kekasihnya - anggota mafia yang meninggalkan banyak luka di tubuhnya. Ibuku yang menyediakan tempat untuk Sachiko dan anaknya Misa. Ibu sendiri yang meminta dad menikahi Sachiko sebagai permintaan terakhirnya. Walau ayah sendiri menunggu setahunsetelah ibuku meninggal untuk memenuhinya. Sachiko, Mom, dia selalu menceritakan tentang ibu sebelum tidurku. Apa mungkin seorang wanita selingkuhan mampu menceritakan itu dengan suara yang begitu lembut dan hormat?
10 tahun penyelidikan dan dad berhasil membongkar kerjasama beberapa petinggi kepolisian yang korup dengan sindikat yang diselidikinya. Dad menjadi komisaris polisi setelah itu. Tapi penyelidikan dad tidak terhenti. Yah, pengangkatan dad tak lebih dari menjauhkan dad dari penyelidikannya. Lalu…”
“Hentikaaannn!! Jangan sakiti Sou-chan!”
Darah membanjiri porselen putih.
Tangan Matt gemetar “dad menyelidikinya diam-diam… menghubungkannya dengan organisasi mafia yang berkuasa
“Bunuh saja dia”
Teriakan, jerit kematian, bercampur dengan tawa yang mengerikan.
Matt memegangi tangannya, berusaha menghentikan gemetar, tapi sia-sia. “2 dari 5 keluarga mafia penguasa newyork, Bonanno&Genovese. Penguasa Michigan, Detroit Partnership. New Jersey, DeCavalcante. Dan … Chicago Outfit. Mereka menyadarinya dan berusaha memutuskan penyelidikan bersama anggota kepolisian yang berkhianat. Aku dan Misa berada dalam ancaman pengkhianat dalam program perlindungan saksi sehingga kami harus keluar. 7 tahun yang lalu…”
“Ada sesuatu di lemari itu?”Suara wanita yang kekanakan,kontras dengan bau darah yang menyengat.
Air mata mengalir bersama rasa takut. Memenuhi setiap sendi mereka.
“Pada malam 1 januari 7 tahun yang lalu… salah satu dari mereka membunuh keluargaku dan sahabat dad. Aku dan Misa  selamat, tapi…13 orang mati…”
“Mom”suara mereka tertelan kengerian. “Dad…”
Mata mungil beradu dengan mata kosong milik orang mereka cintai. Mata dari tubuh yang bermandikan peluru,darah, kematian…
Misa berbisik, menengadah pada bayangan yang menutupi mereka “Brother…”
“Aku mengikuti jejak yang ditinggalkan dad. Sindikat itu semakin besar dan tak terkendali. Sindikat yang menaungi para mafia, di sana ada pembunuh mereka…”
Kali ini tak hanya tangan tapi seluruh tubuhnya gemetar. Kebencian, amarah, dendam… semua mengisi tiap sel darah Matt. Terbawa ke seluruh tubuhnya melalui pembuluh, memberikan warna merah pembunuh ke matanya.
“Hanya seperti itu informasi yang kau punya, Kira?” Mello tampak tak peduli pada Matt yang menatapnya dengan keinginan membunuh. Mello tetap duduk di atas ranjang dan memperhatikan Matt yang berdiri dengan tubuh gemetar di hadapannya tanpa minat. Dia mengulurkan tangannya, memegangi ujung jari Matt yang gemetar. “Apa kau tahu siapa saja yang waktu itu datang ke Villa kalian dan melakukan pembantaian? Dan kuragukan kau tahu siapa ayah kandung Misa yang anggota sindikat. Apa kau tahu otak pembersihan keluarga McPherson? Itu rahasia top secret jadi… Humm, apa sebaiknya kukatakan saja nama-nama mereka atau ku-“
“BrUKk!” Punggung Mello jatuh dengan keras ke atas tempat tidur sebelum dia menyelesaikan perkataannya. Matt mendorongnya jatuh. Matanya seperti orang kerasukan setan, dipenuhi dendam dan kebencian. Dan kini jari-jari gemetar telah berpindah mengitari leher jenjang Mello.
“Katakan padaku!” bentakan Matt bercampur keterburuan, kemarahan dan ketidaksabaran. “Khh,,Hhh” wajah Mello memerah, kehabisan nafas. Tangannya berusaha merenggangkan jari-jari pembunuh yang kokoh.
Mello menyadarinya, suara Matt adalah suara orang yang menghabiskan seumur hidupnya untuk balas dendam. Matt bertumpu pada lututnya di atas tubuh Mello yang tak bergerak, tak berontak. “KATAKAN!”
Sinar mata Mello tetap tak berubah, ah tidak… Sinar matanya sedikit meredup. Bukan pandangan orang yang nafasnya sesak tapi mata iba. Dia iba pada pemuda yang mencekiknya, pada pemilik tangan yang dingin dan gemetar. Nafasnya tercekik seperti lehernya, kedua tangan Mello yang semula berada di lengan Matt untuk merenggangkan cengkraman, kini terangkat, melingkari tubuh Matt dan…“Bruk…” menarik Matt jatuh ke atas tubuhnya lalu memeluknya. Mello tak bicara apapun, hanya memeluk pemuda yang dipenuhi dendam di atas tubuhnya.
Matt dapat merasakan tangan Mello mengusap punggungnya perlahan tanpa melepas pelukannya. Detak jantungnya yang berkejaran perlahan menyamakan ritme dengan debar jantung Mello.Kehangatan yang tak asing menyelimuti Matt, jarinya yang menggengam erat leher Mello kini merenggang.
Matt teringat kembali kehangatan dan kelembutan pelukan yang sama. Pelukan Misa.
Tangan Matt terkulai lemah. Kesadaran telah kembali sepenuhnya pada Matt. Dia menarik nafas panjang dan menyadari wajahnya terbenam di bantal tepat disamping wajah Mello.
“Beritahu aku..” Matt memiringkan kepalanya, membuat bibirnya menyentuh telinga Mello.
Mello memejamkan matanya. “Tidak ada yang gratis di dunia ini” Mello memegangi lehernya yang memerah dan memaki Matt.

Matt tertawa mendengarnya, ironis sekali.. “Makianmu mirip Misa” bisik Matt. “Jadi apa yang harus kulakukan untukmu sebagai ganti informasi? Biar kutebak, kau mencari Kira,itu berarti… ada seseorang yang ingin kau bunuh?”
Mello membuka matanya. “Tepat sekali” Matanya menatap langit-langit yang putih. Akhirnya, keinginan seumur hidupku akan terpenuhi… Terima kasih Tuhan…
“Siapa?” Matt mengangkat kepalanya lalu memenuhi pandangan Mello dengan wajahnya. Hidung mereka bersentuhan.
“Aku mau kau mengambil nyawa orang yang ada di hadapanmu”
Mata Matt menyirip. “Maksudmu?”
Mello tersenyum, dia menyentuh pipi Matt lembut dengan telapak tangannya yang hangat.
“Kira… Kill me
Continued…
A/n: Akhirnya mew dapat jelaskan kenapa rambut Matt bisa merah padahal Sachiko&souichiro berambut hitam. Karena sachiko ibu tirinya! Ibu kandungnya berambut merah. Rambut pirang Misa pun berasal dari ayah kandungnya.


Mew berusaha menjaga keaslian semua detail chara dari deathnote, dari warna rambut,tanggal lahir sampai golongan darah. Tapi mew terpaksa harus ubah golongan darah sachiko jadi A. (nggak penting!). selain itu mew ngga buat OC, nama orang, tempat dan organisasi kalau ngga ada di manga berarti beneran ada di dunia nyata.
Ini dia asal nama-nama aneh di 2nd kiss! Akira Touya dari  Hikaru no go, spongebob squarepants, Avatar dan McPherson dari Alive. Seterusnyapun Mewth akan dengan seenaknya ngebajak nama tokoh dari manga lain coz iseng,hehehe. Bisa menemukan manga mana lagi yang mew bajak?
Dan karena ini adalah reverse world, semua chara utama deathnote akan muncul.Just wait
Ah,lagi lagi kelupaan
Disclaimer : Deathnote belong to Ooba tsugumi&Obata Takeshi.

Read Kill me Kiss Me - First Encounter 4th Kiss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar kamu di sini